Pulau Sumatera adalah mozaik penting dari negeri kepulauan Republik Indonesia, pada masa sekarang maupun masa lalu. Bangunan bangsa negeri ini tidak dapat dilepaskan dari tapak sejarah di Pulau Sumatera sejak masa kerajaan Hindu, masukknya Islam, masa pendudukan Belanda, Inggris hingga pasca kemerdekaan. Pada bacaan-bacaan pulau sumatera lah tersimpan kebijakan-kebijakan dan hikmah penting tentang kekinian kehidupan sosial, politik, ekonomik, maupun ekologik pulau besar paling barat Indonesia ini.
Terinspirasi oleh buku “Robohnja Surau Kami” karya A.A. Navis yang mengisahkan ambruknya tatanan sosial yang digerus modernisasi, buku ini mengisahkan daya rusak berhala ekonomi pertumbuhan yang menjadi pedoman pembangunan negeri ini terhadap tatanan sosial, kultural, politik, ekonomik dan ekologik di sekitar pulau Sumatera. Dari Aceh hingga Lampung, dari hal kekerasan hingga pencemaran, untuk anak-anak hingga mbah-mbah, para penulis mengungkapkan isi hatinya dalam bentuk surat-surat pribadi dan langsung.
Ada kisah nyata tentang aib keluarga, kemiskinan, pertentangan tetangga, sejarah penjajahan, perampasan tanah, juga siasat-siasat dan harapan. Para penulis surat dan penerima surat adalah pelaku dan pihak langsung di dalam krisis Sumatera