WALHI
Sumatera Barat menyelenggarakan pelatihan ekowisata (12/3). Pelatihan ini
dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan peserta dalam mengelola kegiatan
bisnis ekowisata berbasis kearifan lokal dan kelestarian lingkungan.
Pelatihan
ini diikuti oleh 18 orang peserta dari Desa Balai Batu Sandaran dan Nagari Batu
Manjulur. Peserta berasal dari perangkat Nagari, LPHN,
Ketua BUMDes serta pemuda-pemudi penggiat wisata. Pelatihan yang dilaksanakan dari tanggal 12 –
14 Maret 2019 ini diikuti oleh peserta dengan antusias. Pelatihan ini diikuti oleh
9 orang perempuan, ini menunjukkan partisipasi dan kemauan perempuan untuk ikut
terlibat dalam kegiatan pembangunan khususnya ekowisata cukup tinggi.
Kegiatan yang
dilaksanakan di Suasso Restourant ini menghadirkan pelatih Ridwan Tulus, salah seorang penggiat pariwisata yang sudah berpengalaman.
Peserta sangat antusias, hal
itu terlihat dari ekspresi peserta yang merasa mendapatkan jawaban atas apa
yang selama ini menjadi kebingungan mereka dalam perencanaan pengembangan
ekowisata. Sesi ini berakhir pada
jam 12 siang dan dilanjutkan dengan makan siang bersama.
Pada sesi kedua peserta
diajak belajar dan diskusi bersama di Dangau
Inspirasi. Dangau
inspirasi ini merupakan contoh
pertanian terpadu dengan memanfaatkan lahan sempit.
Disini peserta diajak berdiskusi langsung bersama
pendiri Dangau Inspirasi Ir.Djoni,
Mantan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat. Dalam diskusi ini Ir.
Djoni menginspirasi peserta untuk mengembangkan potensi yang ada di Desa atau
Nagari mereka.
Dalam kesempatan itu
Kepala Desa Balai Batu Sandaran mengatakan akan memasukkan rencana pembibitan
manggis ke dalam anggaran dana desa. “Kami akan mendorong pengembangan
pariwisata yang akan meningkatkan ekonomi masyarakat serta berkomitmen tidak
akan memberikan izin tambang batu bara di desa kami”, ujarnya.
Sementara itu, Walinagari
Batu Manjulur akan memasukkan rencana pengembangan hutan anggrek dan pembibitan
durian tujuh rasa ke dalam anggaran dana desa mereka. Ia juga tetap dengan komitmen
yang sudah dijalankannnya beberapa tahun terakhir yaitu tidak memberikan izin
tambang emas serta memulihkan kembali lahan-lahan sawah yang rusak akibat tambang
emas illegal.
Setelah selesai diskusi,
peserta diajak berkeliling melihat tanaman dengan sistem aquaponik. Aquaponik
merupakan sebuah alternatif menanam tanaman dan memelihara ikan dalam satu
wadah.
Keesokan harinya peserta
diajak study lapangan ke Lubuk Nyarai, salah satu objek wisata yang dikelola
dan dikembangkan oleh seorang pemuda Lubuk Alung, Ritno Kurniawan bersama dengan
masyarakat sekitar. Ritno Kurniawan berhasil mengajak masyarakat yang dulunya
pelaku illegal loging menjadi pemandu wisata.
0 Comments
Posting Komentar