SIARAN PERS WALHI SUMATERA BARAT
Nomor : 176/SPers/ED-WSB/X/2018

Banjir bandang yang melanda 3 Nagari di Kecamatan Rao Selatan, Kabupaten Pasaman. pada selasa 9 Oktober tepatnya pada lokasi terparah yaitu di Nagari Lubuk Layang, Nagari Lansek Kadok dan Nagari Tanjung Betung hasil pantauan WALHI Sumatera Barat ketinggian Banjir dan sungai akibat luapan sungai-sungai berbeda beda, di Nagari Lubuk Layang terjadi akibat luapan batang Sibinial dengan genangan 50 – 100 cm, Nagari Lansek Kadok ketinggian banjir mencapai 50 – 100 cm karena luapan Batang Air Sumpu, dan di Nagari Tanjung Betung ketinggian genangan banjir bandang berkisar antara 50 – 70 cm karena luapan batang Sumpu. telah merendam (perkantoran, rumah), lahan pertanian, ladang, kolam ikan. Namun sampai sekarang belum bisa diprediksi berapa total kerugian serta bangunan yang terdampak akibat bandang ini.

Selain tingginya curah hujan yang melanda Kabupaten Pasaman menurut Tomi Adam Divisi PS/PRB Walhi Sumatera Barat mengatakan wilayah yang dilanda banjir bandar berada pada posisi topografis yang datar hingga curam dengan ketinggian mulai dari 200 m sampai dengan 900 m sehingga sangat memukimkan terjadinya banjir bandang, apalagi wilayah hulu dari sungai-sungai yang mengalir pada nagari yang dilanda banjir tersebut diketahui merupakan kawasan hutan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam SK-Menhut II 2013 tentang kawasan hutan Provinsi Sumatera Barat namun faktanya wilayah-wilayah hutan tersebut beralih fungsi menjadi areal perladangan dan perkebunan yang sejatinya berperan kawasan penyangga dengan tutupan hutan yang baik. Misalnya kita bisa melihat citra satelit Geoeye yang disediakan Google Earth menunjukan bahwa penggunaan lahan di Nagari Lansek Kadok adalah sawit dengan luasan yang sangat tinggi.

Tomi Adam menambahkan Banjir bandang tidak bisa dipisahkan dengan pengelolaan Daerah Aliaran Sungai atau DAS, karena DAS yang buruk ditandai dengan banyaknya kejadian bencana ekologis seperti (Banjir, Banjir Bandang longsor, Kekeringan) sedangkan DAS yang baik DAS yang mampu mendukung kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan yang ada didalamnya sedangkan 3 (tiga) Nagari yang dilanda banjir ini masuk dalam kesatuan Wilayah aliran Sungai (DAS) Rokan yang bermuara ke Provinsi Riau. sangat kuat dugaan banjir yang melanda Kecamatan dan sekitarnya juga disebabkan rusaknya DAS Rokan.


Sedangkan kerusakan DAS Biasanya ditandai dengan rusaknya catchment area, rusaknya bisa saja karena deforestasi hutan sehingga tidak ada lagi ruang untuk menampung air yang jatuh (hujan) dalam suatu DAS. melihat kondisi ini perlu pegawasan dan penegakan hukum oleh pemerintah daerah terhadap perusahaan maupun perorangan yang memafaatkan kawasan hutan secara illegal selain itu pemerintah harus memperhatikan daerah daerah aliran sungai, sebab jika daearah aliran sungai tidak terawat tidak saja akan mengudang becana fisik tapi juga mengarah hilangnya sumber-sumber ekonomi masyarakat.


Narahubung :TOMI ADAM
Nomor kontak :0823 8473 0896